Mengenal Lebih Dekat Sosok Maria Al-Qibtiyyah
1. Biografi
Salah seorang istri Rasulullah Saw
berasal dari Qibti di Mesir. cantik, molek, lemah lembut. Maria al-qibtiyah dalam
(Bahasa Arab: مارية القبطية ) atau Maria si
Qibti, bahasa Inggeris (Maria The Copt)
Maria al-qibtiyyah lahir di desa Hifn,
dekat kota Anshina, disebelah timur sungai Nil,ia berasal dari suku
qibti,mesir,yang beragama kristen ortodoks . Ayahnya bernama Syam'un asli
qibti, sedangkan ibunya berdarah romawi beragama nasrani.
ketika menginjak remaja, ia dan
saudaranya yang bernama Sirin, di ambil oleh Maqauqis sebagai
dayang-dayang, pada saat itulah, di kalangan rakyat mesir sudah tersebar berita
tentang kedatangan seorang nabi di jazirah arab. berita itu diperkuat oleh
kedatangan utusan Rasulullah Hathib bin Abi Balta'ah, yang
menyampaikan surat kepada Muqauqis.yang isi suratnya menyatakan ajakan masuk
islam kepada Maqauqis,tapi Maqauqis tidak dapat memenuhi ajakan Rasulullah
untuk memeluk agama islam,karena rakyat qibti sangat kuat berpegang pada agama
leluhur.kemudian Maqauqis memberi 2 orang wanita sebagai hadiah dan sejumlah
pakaian kepada Hathib untuk Rasulullah. maka pulanglah Hathib ke madinah
bersama Maria dan Sirin beserta pembantu. singkat cerita Rasulllah menikahi
Mari al qibtiyah,sedangkan Sirin di nikahkan dengan Hasan bin Tsabit.
2.
Tahun pengutusan
Pada tahun 6 SH (627 – 628 M),
Nabi Muhammad disebutkan menulis surat kepada pengusaha kaya Timur Tengah,
yang membahasa kepercayaan baru dan mengajak pengusaha itu untuk bergabung. Apa
yanng merupakan isi dari bagian surat dapat ditemukan dalam kitab Tarikh at-Tabari karya Muhammad bin Jarir at-Tabari, yang ditulis
250 tahun setelah kejadian itu diriwayatkan. Tabari menulis bahwa seorang
utusan dikirimkan kepada Pemerintah Mesir, al-Muqawqis.
Catatan dalam edisi State
University of New York karya Tabari menjelaskan bahwa hal
tersebut tampak sama dengan versi Koresh dari Kaukasus,
yang merupakan Partiark Bizantium dari Alexandria.[3] Catatan
tersebut menambahkan bahwa Koresh tidak menjadi Patriark hingga tahun 631, dan
sebuah laporan yang menyatakan bahwa ia ditempatkan di Mesir tiga hingga
empat tahun lebih awal masih dipertanyakan.
Rasulullah telah menerima kabar
penolakan Muqauqis dan hadiahnya, dan betapa terkejutnya Rasulullah terhadap budak
pemberian Muqauqis itu. Beliau mengambil Mariyah untuk dirinya dan menyerahkan
Sirin kepada penyairnya, Hasan bin Tsabit. Istri-istri Nabi yang lain sangat
cemburu atas kehadiran orang Mesir yang cantik itu sehingga Rasulullah harus
menitipkan Mariyah di rumah Haritsah bin Nu’man yang terletak di sebelah
masjid.
Pada tahun ini, Hātib b. Abi Balta'ah kembali dari
al-Muqawqis membawa Māriyah dan saudaranya Sīrīn, bagal betinyanya Duldul, dan
keledainya Ya'fūr, dan pakaian-pakaian. Dengan dua wanita al-Muqawqis, telah
dikirimkan kepadanya seorang kasim, dan surat tersebut ada padanya. Hātib telah
mengajaknya masuk Islam sebelum akhirnya tiba bersama mereka, dan begitu pula
Māriyah saudaranya. Rasulullah menempatkan mereka untuk sementara dengan Ummu
Sulaym binti Milhān. Māriyah sangat cantik. Nabi mengirim saudaranya Sīrīn
kepada Hassān bin Tsābit dan
dia melahirkan 'Abdul Rahmān bin Hassān.
3.
Pernikahan dengan dngan Nabi Muhammad
s.a.w
Banyak sumber Muslim mengatakan bahwa
nabi Muhammad kemudian memerdekakan dan menikahi Maria, namun ini tidak jelas
apakah ini fakta historis atau apologi historis. Masalah lain, budak tidak
secara otomatis merdeka karena masuk Islam, sehingga hal ini tidak begitu jelas
mengapa Maria harus dimerdekakan jika dia siap diislamkan.
Nabi Muhammad tinggal dalam rumah bata
lumpur dekat dengan masjid Madinah, dan setiap istrinya memiliki ruang tersendiri dalam
rumah bata itu, yang dibangun dalam bentuk barisan yang dekat dengan
ruangannya. Maria, walau begitu, tetap ditempatkann di rumah di tepi Madinah.
Maria juga tidak dikategorikan sebagai istri dalam beberapa sumber paling awal,
seperti dalam catatan Ibnu Hisyam dalam Sirah Ibnu Ishaq.[4]Sumber-sumber
Muslim sepakat bahwa dia merupakan kehormatan yang sama yang dimenjadi istri
Muhammad, dengan anggapan bahwa dia diberi gelar yang sama seperti istri-istri
Nabi Muhammad lain – "Ibu orang-orang Mu'min."
Maria al-qibtiyyah memberikan
nabi Muhammad seorang putra yaitu yang bernama Ibrahim bin Muhammad. Hanya satu istri
nabi Muhammad lainnya, Khadijahyang telah meninggal, telah memberikannya anak.
Ibrahim meninggal ketika masih dalam masa pertumbuhan. Perhatian nabi Muhammad
terhadap Maria diyakini menyebabkan kecemburuan di antara istri-istri lain. Hal
itu tidak dapat teratasi hingga turunnya surahke-66 dalam Al-Qur'an dengan
subyek Maria. Berikut ini adalah bagian surah tersebut :
Artinya
“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa
yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu?
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Allah telah
mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu; dan Allah
adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan ingatlah
ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari
istri-istrinya (Hafshah) suatu peristiwa.
Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah
memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafshah dengan Aisyah) kepada
Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah
kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah).
Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan
pembicaraan (antara Hafshah dan Aisyah) lalu Hafshah bertanya, "Siapakah
yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab, "Telah
diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal". Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sesungguhnya hati
kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua
bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya
dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu
malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi
Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik
daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang
mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.
Sebagian penulis Barat, seperti Gilchrist dan Rodinson, merasa bahwa
"kisah sang kekasih" merupakan versi yang yang telah mengalami
pengurangan terhadap kisah Maria.
Imam Al-Baladziri berkata, "Sebenarnya, ibunda Mariyah adalah
keturunan bangsa Romawi.
Mariyah mewarisi kecantikan ibunya sehingga memiliki kulit yang putih,
berparas cantik, berpengetahuan luas, dan berambut ikal."
Istri-istri Nabi yang lain sangat cemburu atas kehadiran orang Mesir yang cantik itu, sehingga Rasulullah harus menitipkan Mariyah di rumah Haritsah bin Nu’man yang terletak di sebelah rnasjid.
Istri-istri Nabi yang lain sangat cemburu atas kehadiran orang Mesir yang cantik itu, sehingga Rasulullah harus menitipkan Mariyah di rumah Haritsah bin Nu’man yang terletak di sebelah rnasjid.
Mariya tidak dikategorikan sebagai istri dalam beberapa sumber paling awal,
seperti dalam catatan Ibnu Hisyam dalam Sirah Ibnu Ishaq.
ariyah ternyata membuat kedua istri Rasulullah, Hafsah dan Aisyah, berkonspirasi karena cemburu.
ariyah ternyata membuat kedua istri Rasulullah, Hafsah dan Aisyah, berkonspirasi karena cemburu.
Sehingga turunlah firman Allah: "Dan ingatlah ketika Nabi
membicarakan secara rahasia kepada salah seorang istrinya (Hafsah) suatu
peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan
Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad
lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan
menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad)
memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya:
"Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab:
"Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal." Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati
kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua
bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya
dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu
malaikat-malaikat adalah penolongnya pula." (QS At-Tahrim: 3-4)
4.
Dikaruniai Anak Dari Nabi Muhammad s.a.w
Allah menghendaki Mariyah al-Qibtiyah
melahirkan seorang putra Rasulullah setelah Khadijah r.a. Betapa gembiranya
Rasulullah mendengar berita kehamilan Mariyah, terlebih setelah putra-putrinya,
yaitu Abdullah, Qasim, dan Ruqayah meninggal dunia.
Mariyah mengandung setelah setahun tiba
di Madinah. Kehamilannya membuat istri-istri Rasul cemburu karena telah
beberapa tahun mereka menikah, namun tidak kunjung dikaruniai seorang anak pun.
Rasulullah menjaga kandungan istrinya dengan sangat hati-hati. Pada bulan Dzulhijjah
tahun kedelapan hijrah, Mariyah melahirkan bayinya yang kemudian Rasulullah
memberinya nama Ibrahim demi mengharap berkah dari nama bapak para nabi,
Ibrahim a.s.. Lalu beliau memerdekakan Mariyah sepenuhnya. Kaum muslimin
menyambut kelahiran putra Rasulullah dengan gembira.
Rasulullah mengaqiqahkan Ibrahim dengan
menyembelih dua ekor domba yang besar, mencukur rambut bayi dan bersedekah
kepada fakir miskin dengan harta senilai perak yang seukuran dengan timbangan
rambut Ibrahim yang telah dicukur. Ibrahim kemudian disusui oleh seorang istri
tukang pandai besi yang bernama Abu Saif yang tinggal di perbukitan Madinah.
Akan tetapi, di kalangan istri Rasul
lainnya api cemburu tengah membakar, suatu perasaan yang Allah ciptakan dominan
pada kaum wanita. Rasa cemburu semakin tampak bersamaan dengan terbongkarnya
rahasia pertemuan Rasulullah dengan Mariyah di rumah Hafshah sedangkan Hafshah
tidak berada di rumahnya. Hal ini menyebabkan Hafshah marah. Atas kemarahan
Hafshah itu Rasulullah mengharamkan Mariyah atas diri beliau. Kaitannya dengan
hal itu, Allah telah menegur lewat firman-Nya:
“Hai Muhammad, mengapa kamu mengharamkan
apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati
istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “ (QS.
At-Tahriim:1)
Aisyah mengungkapkan rasa cemburunya
kepada Mariyah, “Aku tidak pernah cemburu kepada wanita kecuali kepada Mariyah
karena dia berparas cantik dan Rasulullah sangat tertarik kepadanya. Ketika
pertama kali datang, Rasulullah menitipkannya di rumah Haritsah bin Nu’man
al-Anshari, lalu dia menjadi tetangga kami. Akan tetapi, beliau sering kali di
sana siang dan malam. Aku merasa sedih. Oleh karena itu, Rasulullah
memindahkannya ke kamar atas, tetapi beliau tetap mendatangi tempat itu.
Sungguh itu lebih menyakitkan bagi
kami.” Di dalam riwayat lain dikatakan bahwa Aisyah berkata, “Allah memberinya
anak, sementara kami tidak dikaruni anak seorang pun.”
Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa Aisyah berkata, “Allah memberinya
anak, sementara kami tidak dikaruni anak seorang pun.”
Beberapa orang dari kalangan golongan
munafik menuduh Mariyah telah melahirkan anak hasil perbuatan serong dengan
Maburi, budak yang menemaninya dari Mesir dan kemudian menjadi pelayan bagi
Mariyah. Akan tetapi, Allah membukakan kebenaran untuk diri Mariyah setelah Ali
ra. menemui Maburi dengan pedang terhunus. Maburi menuturkan bahwa dirinya
adalah laki-laki yang telah dikebiri oleh raja.
Pada usianya yang kesembilan belas
bulan, Ibrahim jatuh sakit sehingga meresahkan kedua orang tuanya. Mariyah
bersama Sirin senantiasa menunggui Ibrahim. Suatu malam, ketika sakit Ibrahim
bertambah parah, dengan perasaan sedih Nabi bersama Abdurrahman bin Auf pergi
ke rumah Mariyah. Ketika Ibrahim dalam keadaan sekarat, Rasulullah bersabda,
“Kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah, wahai Ibrahim.”
Tanpa beliau sadari, air mata telah
bercucuran. Ketika Ibrahim meninggal dunia, beliau kembali bersabda, “Wahai
Ibrahim, seandainya ini bukan penintah yang haq, janji yang benar, dan masa
akhir kita yang menyusuli masa awal kita, niscaya kami akan merasa sedih atas
kematianmu lebih dari ini. Kami semua merasa sedih, wahai Ibrahim… Mata kami
menangis, hati kami bersedih, dan kami tidak akan mengucapkan sesuatu yang
menyebabkan murka Allah.”
Kematian Ibrahim bertepatan dengan
gerhana matahari. Orang-orang lalu menghubungkan kematiannya dengan gerhana,
namun Rasulullah meluruskan. "Gerhana bulan dan matahari tidak terjadi
karena kematian atau hidupnya seseorang," sabda beliau.
Demikianlah keadaan Nabi ketika
menghadapi kematian putranya. Walaupun tengah berada dalam kesedihan, beliau
tetap berada dalam jalur yang wajar sehingga tetap menjadi contoh bagi seluruh
manusia ketika menghadapi cobaan besar. Rasulullah mengurus sendiri jenazah anaknya
kemudian beliau menguburkannya di Baqi’.
5.
Kebaikan Maria Al-Qibthiyah r.a. dan
Cinta Rasulullah Saw. kepadanya
Abdullah ibn Abdul Rahman ibn Abi
Sha‘sha‘ah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw sangat terpukau dengan Maria
Al~Qibthiyah. Dia adalah seorang perempuan yang berkulit putih, berambut
keriting, dan berparas cantik. Pertama kali, Maria dan saudarinya tinggal di
rumah Ummu Sulaim bind Malhan. Ketika mereka berada di rumah tersebut,
Rasulullah Saw. mengajak keduanya untuk masuk Islam. Lalu, keduanya menerirna
ajakan itu, dan memeluk Islam.
Nabi bermalam bersama Maria dengan
status “milk al-yamin” (hamba sahaya). Lalu, beliau mengubah status
Maria menjadi istrinya di kalangan keluarganya. Maria adalah seorang perempuan
yang memiliki pemahaman agama yang bagus. Rasulullah Saw. menghadiahkan
saudarinya, Sirin, kepada Hassan ibn Tsabit, sang penyair. Dari Sirin, lahirlah
seorang anak bernama Abdul Rahman.
Sedangkan Maria sendiri melahirkan
seorang anak bernama Ibrahim. Pada hari yang ketujuh dari tanggal kelahiran
anaknya, Rasulullah Saw menunaikan aqiqahnya dengan menyembelih dua ekor domba
yang besar, mencukur rambut bayi, dan bersedekah kepada orang miskin dengan
harta senilai perak yang seukuran dengan timbangan rambut Ibrahim yang telah
dicukur. Selain itu, beliau menyuruh agar rambutnya dikubur (Inilah yang
menjadi contoh sunnah aqikah). Lalu, beliau menamai bayi tersebut dengan
Ibrahim.
Ketika Sahna, seorang pembantu Nabi Saw,
mengetahui kelahiran putra Nabi, dia langsung memberitahukan hal tersebut
kepada suaminya, Abu Rafi‘. Setelah diberi tahu, Abu Rafi‘ datang menemui Nabi
Saw untuk turut menyampaikan rasa gembira dan menghadiahkan seorang hamba
sahaya. Menyaksikan hal tersebut, istri-istri Nabi merasa cemburu. Dan
kecemburuan itu semakin memuncak saat Nabi dikaruniai anak laki-laki dari
Maria.
Setelah itu, beliau segera menemui Maria
Al-Qibthiyah, sang istri tercinta, untuk mengucapkan selamat kepadanya.
Kelahiran putranya itu telah membebaskan dirinya dari status budak.
Beliau pun memangku sang bayi, menggendongnya ke hadapan Maria, sebagai
kegembiraan dan kasih sayang.
6.
Kecemburuan Rasulullah Saw. terhadap
Maria Al-Qibthiyah r.a.
Abdullah ibn ‘Amr menceritakan bahwa
Maria Al-Qibthiyah memiliki saudara laki-laki yang menyertainya datang dari
Mesir. Laki-laki tersebut memeluk ajaran Islam dan dikenal sebagai seorang
Muslim yang baik. Hanya saja, dia masih sering mengunjungi Maria ke kamarnya.
Hingga suatu ketika, Rasulullah Saw masuk ke rumah Maria—saat itu dia sedang
mengandung Ibrahim, lalu beliau mendapati laki-laki tersebut sedang berada di
sana. Sontak saja, sebagai seorang Iaki-laki yang normal, kecemburuan Nabi Saw
muncul seketika. Sehingga, beliau keluar rumah dengan roman muka yang memerah.
Melihat hal tersebut, Umar bertanya,
“Wahai Rasulullah, mengapa roman wajahmu berubah?” Lalu Nabi Saw menjelaskan
perihal saudara dekat Maria. Setelah mendengar jawaban Rasulullah Saw, Umar langsung menghunuskan pedangnya, dan bergegas menuju rumah
Maria. Ketika didapati seorang laki-laki sedang berada di sana, Umar menarik
pedangnya untuk mengancam laki-laki tersebut.
Namun, belum sampai hunusannya
tertancap, laki-laki tersebut malah menyerahkan dirinya. Umar pun merasa iba,
dan kembali menemui Rasulullah Saw untuk mengabarkan hal yang telah terjadi.
Beliau bersabda kepadanya, “Sesungguhnya Malaikat Jibril telah datang dan
mewahyukan kepadaku bahwa Maria dan saudaranya telah dibersihkan oleh Allah
dari prasangka burukku.
Malaikat Jibril juga menegaskan bahwa
Maria sedang mengandung seorang anak laki-laki yang mirip denganku, dan aku
disuruh untuk menamainya Ibrahim. Sehingga, aku dipanggil dengan Abu Ibrahim.
Seandainya bukan karena aku enggan mengganti panggilan yang sudah aku dapatkan
sebelumnya, pastilah aku akan menerima panggilan yang Jibril berikan untukku
(Abu Ibrahim).”
Ibn Hajar berkata, “Ibn Sa‘ad
menyebutkan sebuah riwayat dari Abdullah ibn Abdul Rahman ibn Abi Sha‘sha‘ah,
dia berkata, “Pada tahun ke-7 H, Raja Muqauqis—salah seorang penguasa Kerajaan
Alexandria di Mesir—mengirimkan hadiah kepada Rasulullah Saw Yaitu, Maria dan
saudarinya yang bernama Sirin, seribu kantong emas, dua puluh baju yang lembut,
kuda Daldal, dan himar ‘Afir (atau Ya‘fur).
Raja juga menghadiahkan salah seorang
saudara dekat Maria yang sudah tidak memiliki hasrat kepada perempuan
(khushiy). Orang tersebut sudah berusia lanjut dan dikenal dengan nama
Ma’bur. Semua badiah tersebut dia titipkan kepada Hathib ibn Abi
Balta‘ah. Di sepanjang perjalanan, Hathib mengajak Maria, Sirin, dan Ma’bur
untuk memeluk Islam. Akhirya, Ma’bur, Maria, dan Sirin masuk Islam.
‘Amrah meriwayatkan bahwa Nisyah r.a.
berkata, “Belum pemah aku terkagum-kagum dengan seorang perempuan kecuali
Maria. Walaupun pada mulanya dia hanyalah seorang hamba sahaya perempuan, dia
berparas cantik dan berambut ikal. Rasulullah Saw pun terpukau dengan
kecantikannya. Sehingga Maria ditempatkan di rumah milik Haristah ibn
Al-Nu‘man, karena dia memang masih menjadi hamba sahaya kami.
Selama siang dan malam, Nabi selalu
menemani Maria. Hal tersebut membuat aku merasa khawatir dan agak mengeluh.
Akhimya, beliau mengangkat status Maria menjadi lebih baik Dengan hal itu, kami
merasa lebih berat lagi (menghadapinya).
Mengomentari Maria, Imam Al-Baladziri
berkata, “Sebenarnya, ibunda dari Maria adalah keturunan bangsa Romawi.
Agaknya, Maria mewarisi kecantikan dari ibunya. Sehingga Maria memiliki kulit
yang putih, berparas cantik, dan berambut ikal.”
Sementara itu, Al-Bazzar meriwayatkan dengan sanad yang baik (hasan), dari
Abdullah ibn Burdah, dari ayahnya, dia berkata, “Pembesar suku Qibthi telah
menghadiahkan dua orang hamba sahaya perempuan, beserta seekor kuda, kepada
Rasulullah Saw Adapun kuda tersebut sering beliau tunggangi saat berada di
Madinah. Sementara seorang hamba sahaya perempuan (Maria) beliau ambil untuk
diperistri.”
Dalam hal ini, Imam A1-Waqidi
meriwayatkan dari Musa ibn Muhammad ibn Ibrahim, dari ayahnya, dia berkata,
“Orang yang rela memberi nafkah kepada Maria adalah Abu Bakar, hingga beliau
wafat. Lalu, dilanjutkan oleh Umar, hingga Maria wafat pada masa kekhalifahan
beliau.”
Minuman (Masyrabah) Ummu Ibrahim
Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa
pada tahun ke-4 H, Rasulullah Saw memerangi kaum Yahudi dari kalangan Bani
Nadhir, dan berhasil menaklukkan benteng, dan merampas harta benda yang mereka
miliki. Semua harta benda tersebut diberilkan untuk Rasulullah. Lalu beliau
menanami tanah mereka yang luas dengan pohon kurma. Dari hasil lahan tersebut,
Rasulullah Saw. dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga dan istri-istrinya
untuk jangka waktu satu tahun ke depan. Adapun sisanya beliau pergunakan untuk
membeli binatang ternak dan memasok senjata. Sementara itu, sebagian lagi
beliau serahkan kepada Abu Bakar dan Abdurrahman ibn Auf untuk dibagikan kepada
kaum Muhajirin. Namun, orang-orang Anshar tidak diberikan hasil rampasan itu
sedikit pun, kecuali Sahl ibn Hanif dan Abu Dujanah Sammak ibn Khursyah
A1-Anshari A1-Sa‘idi.
Imam Al-Waqidi berkata, Mukhiriq,
seorang ulama Yahudi dari Bani Nadhir yang beriman kepada Rasulullah Saw,
mewasiatkan harta bendanya untuk Rasulullah Saw. Akan tetapi, beliau menjadikan
status harta tersebut sebagai sedekah. Isi dari wasiat adalah al-maitsib,
al-shafyiyah, al-dalal, husna, burqah, al-awaf dan minuman Ummu Ibrahim ibn
Muhammad Saw. Rasulullah Saw mengusir Bani Nadhir, sedangkan unta mer-ka hanya
membawa baju besi dan beberapa peralatan yang dibutuhkan.
7.
Maria Al-Qibthiyah r.a. Adalah Wanita
yang Sholehah
Dalam kitab AI-Fahrasat I: 498
termaktub, “Terdapat nama-nama kitab yang ditulis oleh sejumlah ahli hikmah
yang kebenarannya telah kami teliti. Bahkan, dikuatkan juga oleh penelitian
orang-orang yang tepercaya (tsiqat). Hasil penelitian tersebut ditulis di dalam
kitab-kitab mereka. Jika kita perhatikan, di antara kandungan sejumlah kitab
tersebut, terdapat pembahasan yang bertajuk, Kitab Mariyah Al-Qibthiyah Ma’a
Al-Hukama hina Ijtama’u Ilahia. Artinya, Maria Al-Qibthiyah, ketika para ahli
hikmah berkumpul (dan berbagi ilmu) dengannya.”
Diriwayatkan bahwa Maria A1-Qibthiyah
merupakan wanita yang merniliki pengetahuan luas. Dia bukanlah seorang wanita
hamba sahaya biasa. Dia adalah wanita hamba sahaya terpilih yang dihadiahkan
oleh Raja Muqauqis kepada Rasulullah Saw.
Setelah Rasulullah SAW wafat, Mariyah
hidup menyendiri dan menujukan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah.
8.
Wafat nya Maria Al-Qibtiyyah
Maria Al-Qibtiyyah wafat lima
tahun setelah wafatnya Rasulullah, yaitu pada tahun ke-46 hijrah, pada masa
pemerintahan Khalifah Umar bin Khathab. Khalifah Umar sendiri yang menyalati
jenazah Ummul Mukminin Mariyah, dan kemudian dimakamkan di Baqi’.
Subhanallah, Masya'Allah!
BalasHapusAlhamdulillah....
Hapussaya seorang kristen katolik nama depan saya Maria dan saya memiliki kekasih seorang muslim nama depannya Muhammad ketika membaca ini sangat tersentuh dan sangat kaget bahwa ada kisah cinta seperti ini juga "Tuhan memberkati"
BalasHapusAlhamdulillah, semoga anda pun bisa meniru Maria Al Qibtiyah, mengikuti agama suaminya, utk masuk islam
HapusKisah Maria-(ra)-nya ini ko lucu si? Saya dapat beberapa kisah Maria ra ini memang simpang siur: ada yang menyatakan sahaya (ummul walad) Nabi saw dan dalam kisah lain ada juga yang mengatakan Maria ra adalah istri Nabi saw. Tapi yang ini, dalam satu kisah mengajukan dua hal yang berbeda, yaitu: sebagai sahaya/ummul walad yang udah pasti langsung merdeka saat pemiliknya wafat (al-hadits) tapi disini juga dikatakan sebagai seorang istri yang dinikahkan Nabi saw (yang berarti bukan ummul walad). La trus dalam kisah ini yang benar tu yang mana: istri ataukah ummul walad? Tanggal turunnya Qs33:51-52 dan Mariyah ra? Atau dengan cara lain agar nampak jelas dan tidak Rancu/kacau seperti ini? Kenapa harus malu jika Nabi saw punya 9 istri plus sahaya seperti Mariyah ra, padahal Allah SWT lebih tahu atas syariat yang diturunkan? Bahkan ada kisah yang mengabarkan bahwa istri Nabi saw adalah 20. jika benar dan akurat kenapa harus malu, sedangkan para penguasa yang ada disaat itu, jumlah istri plus harem-(sahaya)-nya tu bisa berjumlah ratusan, sedangkan Nabi saw? Pada akhirnya maaf, mohon kerancuan dalam satu kisah ini diluruskan, ngapunten.
BalasHapusmenurut kisah sepengetahuan anda bagaimana? mungkin ada kisah lain yg bisa di sharing ...
Hapus