KISAH DAN BIOGRAFI EMPAT IMAM MADZHAB SUNNI

 1. IMAM ABU HANIFAH



Namanya A1-Nu'man bin Tsabit bin Marzaban Al Farisy biasa dipanggil Abu Hanifah, gelarnya Al-Imam Al-A'Zham (Imam Besar), dan terkenal dengan sebutan Imam ahli Al-ra'yi (Imam Ahli Logika). 

Dilahirkan tahun 80 H. di Kufah pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan, dan hidup di dalam keluarga kaya yang shaleh. Dia menghafal Al-Qur'an sejak masa kecil dan merupakan orang pertama yang menghafal hukum Islam dengan cara berguru. 

Abu Hanifah adalah salah satu dari imam empat dan pemillik madzhab yang terkenal. Menimba ilmu dari ratusan Syaikh dan mengawali studinya dengan ilmu theologi, berdiskusi dengan orang-orang atheis serta aliran sesat, kemudian atas bimbingan Hamad bin Abi Sulaiman dia dituntun untuk mempelajari ilmu fikih.

Parasnya tampan, ucapannya fasih, santun, argumentasinya kuat, sangat cerdas, berwibawa, terhormat, pendiam, selalu berfikir dan kata-katanya bagaikan mutiara. 

Dimasa hidupnya pernah melihat dan mendengar tujuh sahabat Nabi, yaitu: Anas bin Malik, Abdullah az-Zubairi dan Amru bin Haris. 

Disamping itu berani menjustifikasi beberapa perawi hadits yang lemah hafalannya dan membantah atas ke-tsiqat-annya yang dianggap adil oleh para imam ilmu hadits, seperti Ibnu Ma'in, Abu Daud, Ibnu A1-Madiniy dan Sya'ab. Dia juga meriwayatkan Hadits dari Atha bin Abi Rabah yaitu Syaikh pertama, dan dari Sya'biy dan Amru bin Dinar. Meriwayatkan darinya Ibrahim bin Thahman salah satu ulama Khurasan, Ishaq al-Azrak dan Hamzah Az-Zayyat. Yazid bin Harun berkata: "Saya tidak melihat seorang pun yang lebih cerdas dari Abu Hanifah." Imam Syafe'i berkata: "Tidak seorang pun mencari ilmu fikih kecuali dari Abu Hanifah.Dari ucapannya sesuai apa yang datang dari Rasulallah apa yang datang dari Sahabat dan apa yang datang dari selain mereka dia memilihnya."

Suatu saat seseorang membentaknya ketika dia sedang belajar, Abu Hanifah tidak menoleh kepadanya sedikitpun, tidak memutus ucapannya dan melarang teman yang akan mengingatkannya. Ketika selesai Abu Hanifah bangkit beranjak pulang, orang itu pun mengikutinya sampai di depan pintu, kemudian Abu Hanifah berkata: "Ini adalah rumahku, kalau masih tersisa pada mulutmu maka selesaikanlah sehingga tidak ada sisa sedikit pun." Orang itu kemudian merasa malu dan pulang dengan hampa."

Dia seorang pedagang sutra, mengirim dagangannya ke Baghdad untuk diniagakan, dan kembalinya dia membeli apa-apa yang dibutuhkan oleh para guru hadits dan fikihnya tanpa imbalan sedikit pun, dan berkata: "Ini adalah rezeki dari Allah untuk tuan-tuan melalui tanganku." Salah satu pendapatnya yang terkenal adalah diperbolehkannya mengeluarkan zakat fitrah dengan uang.

Karya-karyanya dari ilmu fikih adalah Al-Musnad, Al-Kharaj dan dinisbatkan kepadanya kitab Al-Fiqhu al-Akbar. Khalifah Abu Ja'far al-Mansur bersumpah untuk menjadikannya Qadhi, namun Abu Hanifah bersumpah untuk tidak melakukannya, dan berkata: "Amirul Mukminin lebih mampu dari pada saya untuk menunaikan kifarat atas sumpahnya". Dari ucapannya ini khalifah merasa dilecehkan dan memerintahkan untuk menangkap dan memenjarakan Abu Hanifah sampai wafat pada tahun 150 H. pada usia tujuh puluh tahun.

Buku yang memuat sirah (biografi)nya adalah Khabar Abu Hanifah karya Asy-Syaibaniy, dan Abu Hanifah: hayatuhu, wa 'Asruhu, wa Arahu wa fighuhu karya Muhammad Abu Zahrah.



2. IMAM MALIK



Namanya Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir Al-Ashbahy Al­-Himyari yang biasa dipanggil Abu Abdullah, gelarnya Imam Dar Al-Hijrah. Dilahirkan di Madinah tahun 93 H. Seorang yang tinggi tegap, hidungnya mancung, matanya biru, dan jenggotnya panjang. Baik perangainya, cerdas, cepat hafal dan faham Al-Qur'an sejak masa kecilnya. Merupakan salah satu imam empat dan pemilik madzhab yang banyak diikuti.

Dia berkata: "Saya tidak belajar kecuali untuk diri sendiri, dan saya tidak belajar agar supaya orang-orang membutuhkan saya." Imam syafe'i berkata: "Kalau tidak ada Imam Malik dan Ibnu 'Uyainah, maka hilanglah ilmu dari negeri Hijaz." Imam Adz-Dzahabi berkata: "Ilmu fikih berhulu pada Imam Malik, dan pendapatnya secara umum baik." 

Madzhabnya terkenal dan tersebar ke Maroko, Andalusia, Yaman, Sudan, Bashrah, Baghdad, Kufah, sebagian Syam, Mesir dan Khurasan. 

Diantara guru-gurunya adalah Nafi' Maula ibnu Umar, Ibnu Syihab Az-Zuhriy dan Hisyam bin Urwah. Sedang murid-muridnya adalah Yahya Al-Qhathan, Abdullah bin Mubarak, Waqi' bin Jarrah, dan Syafi'i. Teman-temannya antara lain Sufyan Ats-Tsauri, Abu Hanifah An-Nu'man, Abu Yusuf, dan Al-Laits bin Saad. 

Dia mempunyai catatan surat menyurat dengan Al-Laits bin Saad yang terkenal alim. Dia dan Abu Yusuf keduanya bergelar 'Asy-Syaikhani' dan merupakan orang kedua setelah Imam Malik dalam madzhab Malikiyah. Abu Yusuf berkata: "Demi Allah saya tidak akan mendekati raja dari para raja sampai mendekat kepada Imam Malik, kecuali Allah mencabut kewibawaannya dari dadaku."

Pernah dipukuli dan disiksa sampai mengelupas kulit tangannya, karena dia berpendapat bahwa tidak jatuh talaknya orang yang dipaksa. Dan menolak permohonan Abu Ja'far Mansur agar orang-orang membawa kitab Al-Muwatha, yang merupakan kitab jami dalam ilmu fikih dan hukum. Sufyan bin Uyainah berkata: "Imam Malik adalah pakar ilmu negeri Hijaz, dan hujah pada zamannya." Membahas kalimat "Hasbunallah wani'mal wakil", ketika ditanya tentang masalah ini, dia menjawab: "Saya mendengar Allah berfirman setelah ayat ini, "fanqalabu bi ni'matin minallahi wa fadhal." 

Dia tidak pernah naik kendaraan di kota Madinah walaupun sudah lemah dan lanjut usia, karena menghormati negeri dimana Rasulullah, berpijak. Dia juga menghormati para khalifah tapi tidak mengharuskannya, pernah menerima hadiah dari Khalifah Al-Mandi setelah hampir menolaknya. Dan ketika khalifah merutinkan hadiah untuknya dia menolak. Dia berkata: "Ilmu adalah hutang, maka lihatlah dari siapa kalian mengambilnya." Dia berkata: "Saya tidak berfatwa kecuali disaksikan oleh tujuh puluh orang, walaupun mereka melarang saya, saya tidak berhenti." Telah diriwayatkan dari Ibnu Uyainah bahwa dia ditanya: "Siapakah pakar dari Madinah?", dia menjawab: "Dialah Malik bin Anas." (HR. Imam Tirmidzi dalam kitab Sunan, dan berkata hasan).

Seseorang datang meminta fatwa dalam suatu masalah, maka Imam Malik berkata: "Saya tidak mengetahuinya..." Orang itu berkata: "Saya telah mendatangi tokoh-tokoh semuanya memerintahkan untuk menanyakan hal ini kepadamu, bagaimana saya memberitahu kepada keluargaku?" Imam berkata kepadanya: "Katakanlah kepada mereka, saya telah bertanya kepada Malik, dan dia menjawab: "Saya tidak mengetahuinya..." Harun Al-Rasyid mengutus agar dia datang memberi ilmu, kemudian Imam Malik berkata: "Ilmu itu didatangi." Maka Harun Al-Rasyid datang menemui di rumahnya dan bersandar pada dinding, Malik berkata: "Termasuk penghormatan terhadap Rasulullah jika kita menghormati ilmu", kemudian Harun menghadap Imam Malik dan diberi ilmu.

Karyanya antara lain Al-Muwatha, Risalah fi al-Qadr, Al-Sir, dan Risalah fi Al-Aqdhiyah. Karya Jalaluddin As-Suyuthi kitab Tazyinu Al-Mamalik bi manaqibi Imam Malik, dan karya Muhammad bin Zahrah kitab Malik bin Anas: Hayatuhu-'Ushruhu. Wafat di Madinah tahun 179 H.


3. IMAM ASY-SYAFI'I


Nama lengkapnya Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi' bin Saib bin Ubaid bin Hisyam bin Abdul Muthalib bin Abdu Manaf bin Qushaiy.

Dilahirkan di Syam tahun 150 Hijriah, dihari wafatnya Imam Abu Hanifah. Tinggal di kota Mekkah kemudian ke Irak, sampai akhirnya menetap di Mesir. Hidup dalam kondisi yatim, dan ibunda mengajarinya ilmu. Hafal Al-Qur'an pada usia tujuh tahun.

Meriwayatkan dari Imam Malik, Muslim Az-Zanji, Ibnu Uyainah, Ibrahim bin Saad Fudhail bin Abbas dan lainnya.

Sementara yang meriwayatkan dirinya adalah Al-Humaidi, Ahmad bin Hambal, Al-Buwaithi, Al-Muzani, dan lainnya.

Menjadi murid Imam Malik belajar dalam ilmu fikih, menghafal Al-Muwatha pada usia 20 tahun.

Sangat cerdas, kuat hafalannya pada penglihatan pertamanya, dengan cara menutupi halaman sesudahnya karena khawatir akan terbaur.

Salah satu Imam empat, dan pemilik madzhab yang pengikutnya tersebar di Mesir, Irak, Daghistan dan negri-negri timur.

Ulama Asy-Syafi'iyah antara lain: An-Nawawi, Syaukani, Ibnu Rifah, Ibnu Daqiq Al-'id, As-Subki dan Al-Balqini.

Imam Ahmad bin Hambal berkata: "Tidak seorang pun dari ahli Hadits yang membawa tinta kecuali Imam Syafi'i, dan saya tidak tahu nasikh dan mansukh dari Hadits kecuali setelah berguru kepadanya."

Dia berkata: "Imam Syafi'i bagaikan matahari bagi alam raya, dan penyegar bagi tubuh, apakah ada manusia yang tidak membutuhkannya?"

Dia juga seorang penyair yang bijak, ahli bahasa dan asal-muasalnya, serta ahli nasab.

Diantara ungkapannya:

"Barangsiapa hafal Al-Qur'an akan mulia nasibnya,

barang siapa mendalami ilmu fikih akan tinggi derajatnya,

barang siapa hafal Hadits akan kuat argumentasinya,

barang siapa hafal bahasa arab dan sya'ir akan menggetarkan kepribadian­nya,

barang siapa tidak menjaga diri, maka ilmunya tidak bermanfaat."

Sya'ir sya'irnya antara lain,

Kita menghina zaman, padahal kehinaan pada diri kita

Tidak ada kehinaan pada zaman, dan tidak pula pada yang lain

Suci bersih zaman ini, kalau dia bisa berkata kepada kita, sucikanlah dirimu

Seekor serigala tidak akan memangsa temannya,

sedangkan kita memangsa saudara sendiri"

Barangsiapa belum merasakan nikmatnya belajar walau sebentar, terjerumus ke lembah kebodohan selama hidupnya.

Barangsiapa tidak mengajarkan ilmu waktu mudanya

Hantarkan takbir empat kali karena mematiannya.

Hidupnya pemuda -wollohi- dengan ilmu dan takwa

Kalau tidak, maka tidak akan tergambar kenikmatannya.

Sebatas kesungguhanmu, kamu mendapatkan kemuliaan

Barangsiapa mencari kemuliaan, maka bangunlah di waktu malam

Barangsiapa menginginkan kemuliaan tanpa keprihatinan

Lenyaplah usianya dalam mencari kemustahilan

Gantungkanlah citamu kemudian lelap di waktu malam

Mengarungi samudera untuk mencari mutiara


Diantara karyanya adalah :

AI-Umm dalam ilmu fikih,

Ar-Risalah dalam ilmu ushul fikih.

Beliau meninggal di Mesir tahun 204 Hijriah

 

4. IMAM AHMAD



Namanya Ahmad bin Hambal Syaibani Al-Marwazi dan biasa dipanggil Abu Abdullah gelarnya Imam Ahli Sunnah. Dilahirkan di Baghdad tahun 164 H. Posturnya tinggi tegap, kulitnya sawo matang dan perangainya santun. Mencari ilmu di Mekkah, Madinah, Syam, Yaman, Kufah, Bashrah dan di tempat lain. 

Tidak berkeluarga kecuali setelah usianya empat puluh tahun, sehingga urusan mencari nafkah dan nikah tidak mengganggu waktunya untuk mencari ilmu. Berguru kepada Sufyan bin Uyainah, Ibrahim bin Saad, Yahya Al-Qathan dan kepada yang lain. Meriwayatkan dari Baghawi, Bukhari, Muslim, Ibnu Abi Dunya dan yang lain. Imam Syafi'i berkata kepadanya ketika bepergian yang kedua ke Baghdad: "Wahai Abu Abdullah, kalau menurutmu Hadits ini sahih dan kamu mengabariku, maka aku akan pergi mencari ke Hijaz, Syam, Irak, atau Yaman. "Dia selalu membaca Hadits dari kitab, tidak pernah menyampaikan Hadits dengan hafalannya. Dia merupakan seorang Imam Hadits di zamannya.

Dia diajak untuk mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk bukan kalamullah, namun menolak pendapat tersebut, kemudian ditangkap, disiksa dan Baru dikeluarkan pada tahun 220 H. Dia salah satu Imam empat dan pemilik madzhab yang diikuti. Dia selalu menjadi contoh dalam masalah zuhud, ilmu, takwa, ibadah, teguh dalam membela kebenaran. Lantunan do'a yang paling sering diucapkan: "Allahumma sallim, sallim." Abu Daud berkata: "Majlis Imam Ahmad adalah majlis akhirat, tidak pernah terdengar di dalamnya masalah duniawi. Tidak sekalipun saya melihat Imam Ahmad menyebut masalah dunia."

Suatu hari seorang laki-laki datang menemuinya dan berkata: "Sesungguhnya ibuku lumpuh sudah dua puluh tahun lamanya. Ibu menyuruh saya menghadapmu untuk memintakan do'a untuknya." Imam Ahmad marah dan berkata: "Kita lebih lumpuh, suruh ibumu mendo'akan kami, daripada kami mendo'akannya." Kemudian atas desakannya dia berdo'a kepada Allah untuk ibunya. Orang laki-laki itu pulang mengetuk pintu rumah, dan tidak disangka-sangka ibunya membukakan pintu

Permasalahan bertambah parah, Imam Ahmad beserta para tawanan digiring ke Baghdad dan disiksa, kaki mereka dirantai, Muhammad bin Nuh wafat dalam perjalanan ini, dan Imam Ahmad menshalatinya. Ketika sampai di Baghdad, waktu itu bulan Ramadhan, Imam Ahmad dimasukan ke dalam penjara antara dua puluh delapan sampai tiga puluh bulan. Selama itu dia menunaikan shalat bersama narapidana yang lain, sedang rantai besi melingkar di kaki mereka. Kemudian atas keputusan Khalifah Al-Mu'tashim dia dikeluarkan dari penjara untuk menghadap khalifah.

Untuk menempuh perjalanan ikatan rantai ditambah, dia berkata: "Saya tidak dapat berjalan dengan ikatan rantai seberat ini, kemudian aku dibawa dengan dengan teroli yang ditarik kuda hingga sampai ke istana Al-Mu'tasim. Saya dimasukan ke dalam ruangan gelap tertutup, dan ketika akan mencari air wudhu saya tidak mendapatkan air kecuali sedikit dalam bejana, maka saya berwudhu. Dalam kegelapan saya tunaikan shalat tanpa mengetahui arah kiblat dengan pasti, namun ternyata saya menghadap ke arah yang benar. Setelah usai, saya dipanggil menghadap Mu'tasim yang sedang duduk bersama Ibnu Daud.

Percakapan antara Mu'tasim dan pengikutnya dengan Imam Ahmad berjalan sangat argumentatif, sebagai berikut: Imam Ahmad: "Ya Amirul mukminin, untuk apa Rasulullah mengajak?" Mu'tasim: "Untuk bersaksi tidak ada tuhan selain Allah." Imam Ahmad: "Saya pun bersaksi tidak ada tuhan selain Allah." Mu'tasim: "Menurutmu apa Al-Qur'an itu?" Imam Ahmad: "Al-Qur'an adalah ilmu Allah, demi Allah, barang siapa menyangka ilmu Allah itu makhluk maka telah kafir." Mereka terdiam satu sama lain namun memendam amarah, sehingga memutuskan untuk menyiksa imam Ahmad. Imam Ahmad: "Ya Amirul mukminin, sesungguhnya Rasul bersabda: "Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi tidak ada tuhan selain Allah." Beliau juga bersabda: "Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mengucapkan tidak ada tuhan selain Allah, kalau mengucapkannya, maka haramlah bagiku darah dan hartanya."Pengikut Mu'tasim berkata: "Ini kelewatan ya Khalifah, biarkan kami menghukumnya." Mereka memukuliku sehingga tak sadarkan diri. Setelah siuman saya mendengar Khalifah mengajakku untuk mengikuti paham mereka, saya kembali menolak. Pada saat itu juga pukulan demi pukula menghujani tubuhku hingga saya terjatuh pingsan untuk kesekian kalinya. Dalam kondisi tak sadarkan diri ini saya di lepaskan. Saya tak tahu ada di mana.

Ketika sadar saya berada di sebuah rumah milik Ibrahim dan kakiku sudah tidak dirantai lagi. Hari itu adalah tanggal dua puluh lima Ramadhan tahun 221 H. Ketika dibawa ke rumah Ibrahim, Imam Ahmad tetap menyempurnakan puasa, walaupun tuan rumah menyuruh untuk membatalkan, karena kondisinya yang sangat lemah.

Diceritakan ketika disiksa oleh pengikut Khalifah pakaiannya robek sampai terbuka auratnya, kemudian memohon kepada Allah "Wahai Dzat tempat hamba meratap, jika Engkau mengetahui saya membela kebenaran, janganlah Engkau menyiksaku karena saya tidak menutup aurat." Seketika atas ijin Allah pakaiannya kembali menutup aurat seperti sediakala. Pukulan dan cambukan yang melukai tubuhnya tidak kurang dari delapan puluh deraan yang menyakitkan. Pada akhirnya Mu'tasim menyesal dan mengakui kesalahannya dan mendo'akan kesembuhan untuknya.

Semua orang Islam dan khalifah berbahagia, setelah kondisinya sehat, walaupun kedua ibu jarinya tetap cacat sebagai saksi. Dia memaafkan semua orang yang menganinayanya kecuali ahli bid'ah, dan membaca ayat: "Maka berilah ampu.nan dan berjabat tanganlah kamu sekalian", kemudian berkata: "Apakah ada manfaatnya bagimu dengan menyiksa saudara muslim?, padahal Allah telah berfirman: "Barangsiapa memaafkan dan membuat perbaikan maka pahalanya dari Allah, sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berbuat zalim." Dan pada Hari Kiamat orang-­orang memanggil-manggil siapa yang pahalanya di sisi Allah, maka tidaklah menjawab kecuali orang yang memberi maaf.

Ada empat ulama yang hatinya tetap teguh tidak mengikuti ajakan kaum Mu'tazilah, mereka adalah Ahmad bin Hambal, Muhammad bin Nuh bin Maimun Al-Jundi An-Naburi yang wafat di tengah perjalanan, Nu'aim bin Hammad Al-Khuza'i, dan Abu Ya'qub Al-Buaithi, keduanya wafat di balik jeruji penjara.

Diantara do'anya: "Ya Allah barangsiapa dari umat ini yang tidak benar, dan dia menyangka bahwa dia benar, maka kembalikan dia kepada kebenaran agar supaya menjadi ahli hak." Diantara ucapannya: "Kesabaran atas kefakiran adalah sebuah derajat yang tidak diperoleh kecuali oleh para pembesar."

Imam Adz-Dzahabi berkata: "Dia adalah orang yang pertama memuji dengan ucapanku, atau lisannya menyebut dengan kata-kataku." Ibnu Al-Madini berkata: "Sesungguhnya Allah memuliakan Islam melalui Abu Bakr Ash-Shiddiq di hari kemurtadan, dan melalui Ahmad bin Hambal di hari yang penuh dengan fitnah." Yahya Al-Qathan berkata: "Tidak ada tokoh datang dari Baghdad yang saya cintai kecuali Ahmad bin Hambal." Quthaibah barkata: "Wafatnya Sufyan Tsauri matinya zuhud, wafatnya Syafi'i matinya Sunnah, dan wafatnya Ahmad bin Hambal munculnya bid'ah." Ibnu Ma'in berkata: "Pada diri Ahmad bin Hambal sebuah perilaku/ sifat yang tidak pernah saya lihat di dunia, dia sosok ahli Hadits, hafizh, alim, wara', zuhud dan cerdas."

Karya-karyanya antara lain: Al-Musnad di dalamnya 40.000 Hadits, Az-Zuhd, Fadailu Ash-Shahabah, Al-Iman, Al-Manasik, Al-Rad ala Zanadigah, dan lain-lain. Mengakhiri hayatnya di Baghdad pada tahun 241 H. Abdul Wahab Al-Warraq berkata: "Dari yang kami dengar, pelayat jenazah di masa Jahiliyah dan masa Islam tidak pernah sebanyak pelayat janazah Imam Ahmad bin Hambal." Al-Warkani berkata: "Dua puluh ribu dari orang Yahudi, Nashrani dan Majusi berduyun-duyun masuk Islam di hari wafatnya Imam Ahmad bin Hambal." Ahmad bin Kharzad Al-Anthaqi berkata: "Saya melihat dalam mimpi bahwa kiamat telah tiba dan Allah memanggil-manggil di bawah arsy, masuklah wahai Abu Abdullah, Abu Abdullah, Abu Abdullah ke dalam surga. Saya bertanya kepada malaikat di dekat saya, siapa gerangan mereka? Dia menjawab, Malik, Ats-Tsauri, Syafe'i dan Ahmad bin Hambal."

Demikian sedikit kisah dan biografi empat Imam Mazhab dalam aliran Sunni.

Wallahu a'lam bishowab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAJI MURAH, AMAN DAN TERPERCAYA, TANPA ANTRI LANGSUNG BERANGKAT TAHUN 2025

Mengenal Lebih Dekat Sosok Maria Al-Qibtiyyah

Abdullah bin Ubay Tokoh Kaum Munafiq